Sudahkah Anda menulis dan menyelesaikannya sehingga menjadi suatu karya yang utuh yang siap dinikmati? Lantas apa yang Anda lakukan sesudah itu?
Jika Anda telah bersusah payah membuat sebuah karya dan karya tersebut ternyata hanya Anda simpan saja, itu sama halnya dengan Anda memasak makanan dan tidak mau Anda bagi kepada orang-orang di sekitar Anda. Anda adalah orang pelit yang tak suka masakannya dicicipi orang lain!
Menulis adalah adalah sebuah upaya mengikat makna. Sebagaimana perkataan imam Ali ra., “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.” maka berarti dengan menulis sebuah karya Anda telah berusaha untuk ‘menangkap’ ilmu, mengurungnya sehingga tidak ‘lari’ ke mana-mana. Membiarkan orang lain membaca karya Anda sama saja dengan berbagi ilmu yang telah Anda ikat tersebut. Jadi, mempublikasikan atau menerbitkan karya bisa menjadi salah satu upaya untuk berbagi ilmu. Bahkan bukan saja ilmu, melainkan juga pengalaman, kenangan, keindahan, dan lain-lainnya.
Pertanyaan yang mungkin harus dijawab adalah, bagaimana caranya menerbitkan karya-karya kita?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mohon dijawab pertanyaan besar berikut:
KENAPA ANDA MEMBELI SEBUAH BUKU?
Jawabannya mungkin ada lebih dari satu opsi. Jika Anda ingin menerbitkan karya Anda silakan diperhatikan dengan cermat. Baiklah, mari kita tilik satu persatu.
1. Isi yang menarik.
a. Ide yang orisinal, belum pernah ada/trendsetter.
Sebenarnya, dalam dunia kepenulisan, tidak ada yang benar-benar orisinal. Yang ada adalah kombinasi baru dari hal-hal yang pernah muncul. Akan tetapi, bukan tidak mungkin ada buku-buku yang isinya memang benar-benar belum pernah ada dalam jagad perbukuan sebelumnya, seperti misalnya ide cerita tentang ‘dunia keempat’ yang penduduknya bukan alien, bukan manusia, bukan pula makhluk gaib misalnya. Ide-ide yang segar seperti inilah yang biasanya memancing para pembaca.
b. Unik, beda dari yang lain.
Jika yang dimaksud dalam hal ini adalah buku nonfiksi, maka penyampaian yang baru yang benar-benar beda dari buku-buku sejenis adalah yang sangat menarik bagi penerbit maupun pembaca.
c. Bergizi dan menginspirasi.
Buku yang ‘bergizi’ harus diawali dengan bacaan yang bergizi. Buku nonfiksi yang hanya asal co-pas (copy-paste) akan begitu membosankan dan tidak ‘mengenyangkan’. Jika yang dimaksud dalam hal ini adalah buku fiksi maka buku tersebut semestinya tak hanya sekadar ‘bercerita’ saja. Namun ada sesuatu yang hendak disampaikan penulis. Tulisan yang visioner karena berisi visi-visi yang hendak disampaikan oleh penulisnya. Sebuah buku merupakan cerminan dari siapa penulisnya. Maka buku yang mampu menginspirasi orang lain biasanya menjadi incaran.
d. Isi yang dibutuhkan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu alasan seseorang membeli buku adalah karena membutuhkan apa yang terdapat dalam buku tersebut. Dalam hal ini penerbit akan berlomba-lomba ‘membaca pasar’, artinya mencari buku apa yang sedang dibutuhkan oleh pasar saat itu. Misalnya saat musim SNPTN maka buku-buku latihan soal SNPTN akan menjadi yang paling diburu. Buku-buku ‘survival’ hidup (maksudnya buku yang akan terus-menerus dibutuhkan oleh pasar tak peduli musim, misalnya tentang pernikahan, rumah tangga, kepribadian, motivasi, dan sebagainya) juga tak akan lekang oleh waktu.
e. Buku follower.
Buku-buku edisi ‘plesetan’ ataupun buku yang mengkaunter buku yang telah ada sebelumnya tentunya akan memancing rasa penasaran pembaca. Sebut saja ketika ada buku The Da vinci Code, buku folowernya yang berjudul Al Qur’an Bukan Da Vinci’s Code ataupun The Da Vinci Decode turut laris manis. Juga judul-judul yang lain seperti Ayat Amat Cinta, The Last Syambel dan sebagainya yang seolah turut mendompleng sukses buku perintisnya. Bukan berarti para penulis buku-buku semacam ini adalah para penulis kacangan, justru mereka ini adalah para penulis kreatif yang mampu mengolah ide yang sudah ada menjadi ide baru yang belum pernah ada!
f. Buku momentum.
Buku-buku yang memanfaatkan momen tertentu atau buku musiman. Bisa juga dikategorikan dalam buku yang isinya dibutuhkan pada saat tertentu. Hanya saja di sini sang penulis pandai membaca momen sehingga dapat melahirkan karya yang bisa jadi bestseller saat momennya memang tepat.
2. Judul yang menggelitik.
Ketertarikan pembaca (atau juga penerbit yang bersedia menerbitkan buku tersebut) kadangkala terkait dengan judul buku. Judul yang memancing tanya, atau bahkan judul yang telah menjelaskan apa isi buku itu sendiri, adalah salah satu daya tarik yang kuat dari sebuah buku.
3. Sinopsis yang asyik.
Ada juga orang yang tertarik membeli sebuah buku karena merasa penasaran atau tertarik setelah membaca sinopsisnya. Maka kekuatan sinopsis, yang mana kadangkala buku yang akan dibeli masih disegel dan tidak boleh dibuka, bisa menjadi salah satu penentu kenapa seseorang ingin membeli buku.
4. Endorsment yang memikat.
Memang ada pepatah yang mengatakan, “Don’t judge a book by its cover.” yang mana endorsment kerap ditonjolkan pada halaman cover dari buku. Bukan berarti buku dengan endorsement yang ‘wah’ dapat mewakili esensi sejati dari buku itu sendiri. Tapi ternyata kekuatan endorsment juga patut diperhitungkan meskipun bukan harga mati (karena kekuatan utama sebuah buku yang benar-benar diminati adalah terletak pada isinya). Terlebih lagi jika endorsment berasal dari kalangan high class yang patut diperhitungkan opininya, tentu kekuatan banding buku itu akan melonjak lebih tinggi lagi.
5. Cover yang aduhai.
Ya, lagi-lagi don’t judge a book by it’s cover, namun tak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa kalangan yang tertarik membeli karena kepincut dengan cover buku itu.
6. Promosi yang gencar.
Kadangkala kenapa sebuah buku bisa menjadi begitu laris manis bak kacang goreng adalah karena promosi yang gencar dari penerbit buku itu sendiri. Manusia adalah makhluk kebiasaan, semakin sering ia mendengar atau melihat sesuatu, otaknya akan menyuruhnya untuk mengikuti. Jika ada satu buku yang iklannya ada di mana-mana, covernya, sinopsisnya, endorsmentnya menghiasi toko-toko buku langganan seseorang, bukan tidak mungkin orang itu akan terpancing untuk tahu lebih lanjut tentang buku tersebut.
Oke, kini kita sudah mengumpulkan, setidaknya, 6 alasan kenapa seseorang membeli buku. Ibaratnya seorang koki, agar orang lain mau mencicipi bahkan menyantap masakan yang Anda buat, Anda tentu perlu tahu hal-hal apa yang dapat menarik minat orang terhadap masakan Anda, bukan?
Jika demikian, buatlah karya terbaik Anda berdasarkan 6 hal di atas!
1. Cari tema yang unik dan menarik.
Buatlah buku dengan tema yang unik, belum pernah ada, dan yang paling penting, dapat diterima oleh pasar atau marketable. Karena sayang bukan jika Anda memasak sebuah makanan namun rasanya hanya manis saja?
2. Buatlah judul yang tepat dan menarik.
3. Ramulah sinopsis yang dapat menggambarkan isi buku Anda dengan penyampaian yang persuasif.
4. Ada endorsment bisa lebih mantap.
5. Berkolaborasi dengan penerbit untuk membuat cover yang benar-benar dapat mewakili buku Anda.
6. Promosi.
Tidak harus penerbit yang mempromosikan buku Anda. Andapun bisa melakukannya.
7. Doa!
Bukan ikhtiar paling akhir tapi justru sejak awal!
Satu hal penting yang perlu Anda ingat jika ketujuh hal di atas sudah terangkum dalam karya Anda adalah: sudahkah karya Anda memang layak terbit?
Maksud saya, meskipun Anda telah berhasil menyelesaikan karya Anda, sudahkah karya tersebut benar-benar menarik pembaca? Ibarat sebuah masakan, jangan-jangan apa yang kita masak itu masih hambar, tidak enak dimakan!? Ya, karena menulis adalah sebuah proses yang tidak sekali jadi. Dibutuhkan pengalaman dan latihan yang terus berulang untuk bisa menghasilkan sebuah karya yang benar-benar bergizi. Seorang koki saja membutuhkan latihan yang tidak gampang sampai ia bisa menghasilkan sebuah masakan yang lezat!!
Maka kunci paling mendasar untuk dapat menarik penerbit menerbitkan buku kita adalah dengan membuat buku yang benar-benar berkualitas. Dan satu-satunya cara membuat buku yang berkualitas adalah dengan terus latihan dan latihan.
Mbak Deasy, aku boleh tanya nggak? Selama ini tulisan Mbak kan selalu berisi hal-hal yang "berbeda", contohnya saja novel hades yang menceritakan anak autis atau ore wa ren yang menceritakan anak pindahan dari Jepang. Semua informasi yang dapat diambil dari buku-buku itupun sudah jelas kebenarannya. Mbak bisa dapat ide dan informasi seperti itu dari mana, sih?
BalasHapusterima kasih sebelumnya atas apresiasinya ya ...
HapusIde biasanya saya dapat dari membaca. Saya membaca berbagai acam bacaan, mulai dari komik sampai novel sekelas Ronggeng Dukuh Paruknya Ahmad Thohari. Semua bacaan yang saya baca biasanya menginspirasi saya untuk membuat ide-ide baru lainnya.
Kak, aku mau banget jadi penulis, tapi kenapa ya, gak mau memamerkan karya ke orang2 terdekat/orang yg aku kenal. Sempet pingin buat ngirim ke penerbit, tapi aku simpen begitu aja. sebenernya aku butuh pendapat, tapi setiap org yg ngasih pendapat ke aku selama ini kurang serius. boleh minta pendapat kakak gak utk baca karya tulisan aku? hehe kita nanti email-emailan,..
BalasHapuswah nice share mbak mantap.... keren kayaknya bisa jadi penulis but bingung nulis apa yg bisa rapi?? hehehe
BalasHapus